Seiring perkembangan zaman, adat dan budaya terkadang kerap tergerus oleh waktu. Namun, berbeda halnya bagi masyarakat di Desa Pimping, Kecamatan Tanjung Palas Utara. Diketahui, secara rutin sejak tahun 1987 sampai saat ini tetap menggelar Pesta Adat Meja Panjang. Berikut liputannya.
RACHMAD RHOMADHANI
LAUTAN manusia kala itu tampak jelas terlihat di salah satu jalur jalan pedesaaan di Desa Pimping saat berlangsungnya Pesta Adat Meja Panjang. Tua muda hingga anak-anak yang masih baru belajar merangkak berjalan ikut meramaikan dan terlibat dalam pesta adat itu. Itu yang menambah suasana semaraknya gelaran acara setahun sekali tersebut.
Mereka yang hadir tak sekadar berpenampilan ala kadarnya. Di sore itu sekira pukul 16.00 Wita, ratusan masyarakat dari wilayah hulu maupun hilir diDesa Pimping dengan saling berbaur dan mengenakan pakaian adat kebanggaannya. Itu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat lain di sekitar desa itu. Sehingga tak jarang, pada Pesta Adat Meja Panjang itu tak hanya diikuti oleh masyarakat lokal saja. Tetapi juga masyarakat luar juga ikut dalam menyemarakkannya.
Lantas apa sih makna perayaan Pesta Adat Meja Pimping tersebut? Kata Alan Bilung, Kepala Desa Pimping, tujuan utama digelarnya Pesta Adat Meja Panjang ini juga sebagai bentuk rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebab, selama kurun waktu setahun terakhir, telah diberi segala rezeki dan keselamatan hingga tiba di awal tahun ini.“Dalam pesta adat ini, semua masyarakat saling berbaur tanpa membedakan status pendidikan dan kedudukan,” ungkap Alan.
Dijelaskannya juga, untuk meja panjang harus berjajar di sisi kiri dan kanan jalan. Alan menyebutkan, masing-masing memiliki panjang lebih dari 200 meter. Tentunya, hal itu bertujuan untuk menampung semua masyarakat yang hadir agar dapat bersama menikmati makanan yang ada di meja. Mulai dari kacang rebus, jagung, umbi-umbian dan buah-buahan segar hasil bumi di desa setempat.
“Makanan ini alami dari hasil kerja keras masyarakat. Tidak beli di warung. Dan proses pelayanan biasa secara bergantian antara blok hulu dan hilir,” bebernya.
Alan menambahkan juga, tujuan lain Meja Panjang ini adalah sebagai sarana silaturahmi dan memberikan nasihat kepada generasi muda. Apalagi, zaman semakin berkembang. Maka, dikhawatirkan ke depan, warisan tradisi nenek moyang bisa saja punah. Pesta adat ini sudah menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang sejak 1987 lalu.
“Jadi hal seperti itu yang perlu diantisipasi. Untuk itulah dalam acara Meja Panjang sekaligus menyampaikan tradisi leluhur kepada para generasi muda,” katanya.
Alan mengatakan kembali, generasi muda memang perlu dilakukan pembinaan. Oleh karenanya, saat ini pihaknya meminta kepada seluruh masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki agar memiliki satu perisai. Tentunya, perisai itu sebagai bentuk pertahanan dan perlindungan.
“Semua laki-laki harus mempunyai perisai. Ini sebagai bentuk pengenalan terhadap adat istiadat,” tuturnya.
Diketahui, dalam Pesta Adat Meja Panjang ini juga melaksanakan doa agar selama setahun ke depan dapat diberikan keselamatan dan kelancaran dalam segala hal dan dapat bertemu lagi di tradisi serupa di tahun yang akan datang. Masyarakat yang hadir pun berdoa bersama sebelum menikmati jajanan yang ada.“Tradisi ini akan terus kami lakukan hingga anak cucu kami,” jelas Alan.
Tak lupa ia juga mengungapkan rasa syukur akan kehadiran orang – orang hebat di acara Pesta Adat Meja Panjang itu. Bagi Alan dan seluruh warga Pimping, itu merupakan suatu kehormatan baginya dan masyarakat di Desa Pimping.
“Kami merasa terhormat akan kehadiran Bapak Wakil Bupati dan Kepala Disdikbud Kaltara,’’ katanya.
Dalam perayaan tersebut, memang tampak Wakil Bupati (Wabup) Bulungan, Ingkong Ala dan Kepala Disdikbud Kaltara, Sigit Muryono ikut berbaur dalam kegiatan. Pihaknya juga memberikan pujian akan konsistennya Desa Pimping yang mempertahankan tradisi. Seperti diungkapkan Wabup Bulungan, Ingkong Ala. Ia sangat mengapresiasi atas terus dilestarikannya adat dan budaya di Desa Pimping. Menurutnya, tidak mudah dalam menjaga suatu tradisi. Apalagi, di tengah kemajuan zaman saat ini yang banyak membuat paradigma hidup berubah. Utamanya, yang kerap menyasar kepada generasi muda.