NUNUKAN – Masyarakat Nunukan masih kesulitan mendapatkan liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram (kg) di pangkalan resmi alias langka. Namun anehnya, di saat terjadi kelangkaan masih ada pedagang yang menawarkan LPG bersubsidi itu secara online.
Harganya pun tidak sesuai harga eceran tertinggi (HET), yakni sekitar Rp 35 ribu per tabung. Informasi yang dihimpun media ini dari seorang pembeli secara online, awalnya penjual LPG online memposting di media sosial (medsos) bahwa sedang menjual LPG dengan stok terbatas. Saat memposting, ia tidak menyertakan harga.
Pemesan diminta kirim pesan melalui kotak masuk medsosnya. “Kalau kita tanya harganya berapa, disuruh kirim inbox (kotak masuk, Red) ke akun Facebook-nya. Nah, setelah kita inbox baru dikasi tahu harganya Rp 35 ribu. Barangnya diantar ke lokasi,” ungkap sumber terpercaya media ini.
Ketika ditanyakan jika barang diambil sendiri, LPG dijual dengan harga Rp 30 ribu per tabung. Lokasi pedagang berada di Jalan Ujang Dewa, Sedadap, Nunukan Selatan. Alasan pedagang menjual dengan harga relatif tinggi karena keberadaan LPG 3 kg sedang kosong. Hal tersebut, membuktikan penyaluran LPG 3 kg ke masyarakat Nunukan masih sangat memprihatinkan.
Meski begitu, warga tidak mempermasalahkan harga. Yang terpenting mereka bisa mendapatkannya. Keadaan itu dimanfaatkan oknum pengecer LPG.
Sebelumnya, Manajer PT Karya Island Flowers, H. Abdullah selaku agen resmi LPG 3 kg memang tak menampik persoalan kelangkaan yang sering terjadi selama ini. Termasuk adanya sejumlah pengecer ilegal yang bukan menjadi sub agen tapi menjual LPG 3 kg tersebut.
“Kami hanya mengawasi dan dapat menghentikan suplai LPG ke pangkalan resmi jika ada masalah. Misalnya, menjual di atas HET dan menyalurkan bukan pada yang berhak,” tegas H. Abdullah saat dikonfirmasi belum lama ini.
Dikatakan, untuk masalah keterlambatan stok itu memang biasa terjadi sehingga kerap terjadi kelangkaan. Ada banyak faktor penyebabnya. Yang jelas selama ini menurutnya sudah aman.
“Paling kalau ada masalah pasang surut air laut dan cuaca saja,” ungkapnya.
Kendati demikian, lanjutnya, dirinya tidak ingin menyalahkan siapapun. Harus ada solusi mengatasi persoalan penyaluran dan pengawasan.
“Saya rasa ini sudah harus ada solusi yang nyata. Semoga saja, setiap kejadian di lapangan menjadi pelajaran untuk terus dibenahi,” ujarnya. (raw/ana)