MANAGED BY:
SENIN
02 OKTOBER
RADAR KALTARA | TARAKAN | BULUNGAN | NUNUKAN | MALINAU | KTT | KULINER | OLAHRAGA | ADV | KRIMINAL

RADAR KALTARA

Selasa, 03 Oktober 2017 13:40
Pertahankan Kearifan Lokal, Berharap Terkenal hingga Mancanegara

Mengintip Kemeriahan Pagelaran Busana dan Kuliner di Momen Hari Batik Nasional

MERIAH: Salah satu kegiatan saat pagelaran Busana dan Kuliner di momen Hari Batik Nasional, Senin (2/10). FOTO HUMAS PEMKOT UNTUK RADAR TARAKAN

TEPATNYA  Senin (2/10), menjadi hari yang spesial bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, berpakaian tema batik wajib dikenakan oleh masyarakat tak terkecuali. Di beberapa daerah atau  di beberapa lokasi di suatu daerah, ada saja acara yang sengaja digelar menyambut momen Hari Batik. Salah satunya Kota Tarakan. Berikut ulasannya.

AYU LYSNA

Batiktelah akrab dikenal sejak puluhan tahun silam.  Dari lahir hingga akhir hayat, batik kerap disebut sebagai bagian hidup orang Indonesia. Dimulai dari aktivitas keseharian, mulai dari desain dan warna simboliknya menjadi pengungkap kreativitas dan spiritual masyarakat.

Penggunanya pun dari semua kalangan. Dari masyarakat biasa hingga birokrasi. Seperti yang ada di Kaltara khususnya Tarakan. Senin  (2/10) kemarin, pemerintah Kota Tarakan ikut menggelar kegiatan dalam rangka menyambut momen Hari Batik Nasional. Berlokasi di ruang Serbaguna pemkot, pagelaran busana, melukis kain, dan serba serbi kuliner dengan tema batik digelar dan diramaikan peserta dari Forum Komunikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah  Kaltara (Fokutara), murid dari Sekolah Luar Biasa (SLB) dan beberapa instansi pemerintah.

Kegiatan ini dibuka langsung Wali Kota Tarakan, Sofian Raga.  Dalam sambutannya diungkapkan Sofian, dengan seringnya melaksanakan aktivitas seperti pameran yang mengusung tema batik, pastinya masyarakat akan lebih sering menggunakan dan menghargai produk lokal daerah.

“Batik kan bukan barang yang baru. Tergantung dari pribadi masing-masing saja, mau dipakai atau tidak,” lanjut Sofian.

Diakuinya pula, beberapa perajin batik dari Kalimantan Utara (Kaltara) khususnya Tarakan sendiri memang sudah banyak. Untuk dukungan dari pemerintah sendiri, ia mengatakan, dapat mengenakan pakaian batik seminggu sekali. Itu berarti,  upaya dan wujud dalam menghargai seni karya anak bangsa. Juga mempertahankan kearifan lokal.

“Kita kan orang yang berbudaya sama-sama bangsa Indonesia. Harus lebih mengingatkan satu sama lain agar sering menggunakan batik terutama mengenakan batik lokal daerah kita,” bebernya.

Usai sambutan langsung dari Wali Kota Tarakan, acara dilanjutkan dengan peragaan busana. Tampak peserta Fokutara dan murid asal Sekolah Luar Biasa tampil anggun mengenakan pakaian dan sarung batik khas Kaltara. Semua peserta tampak antusias berlenggak-lenggok bak model.

Kata  Sofian lagi, “Kegiatan seperti ini harus sering-sering dilakukan,” ucapnya.

Di tempat terpisah, Ketua Fokutara, Eko Pristiawan mengungkapkan pihaknya diundang secara resmi oleh pihak pemkot untuk memperkenalkan sekaligus menggelar produk aneka batik. Ia menambahkan, kegiatan ini akan sangat berpengaruh besar agar nantinya batik khas Kalimantan Utara (Kaltara) dapat lebih terkenal di dalam hingga di luar negeri.

“Pengadaan kegiatan seperti ini tentunya sangat bagus dan positif. Tentunya dukungan pak wali kota sangat baik untuk memperkenalkan batik khas Kaltara,” bebernya.

Beberapa barang seperti pakaian, kain, tas, pernak-pernik rumah seperti botol dan kuliner berlukiskan batik pun turut dipamerkan saat peragaan busana oleh peserta Fokutara yang terdiri dari 20 orang. Bahkan, di sela-sela kegiatan, beberapa anak SLB turut meramaikan acara dengan mengadakan demo melukis kain batik.

“Mereka sudah terbiasa melukis. Bahkan, memang ada orang Fokutara yang menggunakan jasa mereka dan dibayar sesuai kemampuan, sangat luar biasa,” tuturnya.

Ia mengharapkan untuk ke depannya, para perajin batik khususnya yang tergabung dalam Fokutara dapat lebih memperkenalkan batik lokal daerah ke luar kota.

“Bukan untuk menyaingi. Masing-masing daerah kan punya ciri khas dan corak tersendiri,” papar pria berusia 42 tahun ini.

Diakuinya pula, di Tarakan sendiri ada batik yang tidak menggunakan bahan kimia melainkan dari bahan alam seperti getah dan dedaunan. Di lokasi yang sama, salah seorang peserta Fokutara, Rika Pratiwi turut memperkenalkan menu olahan kulinernya yang didesain lukisan batik. Rika mengakui, tidak mudah untuk menghiasnya. Berbagai macam pewarna makanan alami digunakan untuk dapat melukis menunya.

Alhamdulillah berhasil. Berkat ide dan saran dari teman-teman sesama UMKM juga, prol tape saya dapat saya kenalkan di Hari Batik Nasional,” ucap Rika, sapaan akrabnya.

Mengikuti kegiatan tersebut meninggalkan kesan tersendiri menurutnya. “Seru banget kegiatannya. Saya cukup bangga karena batik Kaltara sungguh banyak macam coraknya dan dilukis langsung oleh perajin lokal,” tambah wanita yang memiliki brand Sianas tersebut. (***)


BACA JUGA

Selasa, 01 September 2015 09:51

Pamitan, Budiman Sebut ‘Jas Merah’ dan ‘Semut Api’

<p>TANJUNG SELOR-Masa jabatan Budiman Arifin dan Liet Ingai sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers