TARAKAN – Memasuki hari kedelapan Ramadan, publik masih mengeluhkan pemadaman listrik. Meski durasinya tidak begitu lama. Padahal, sebelumnya pasokan listrik yang ada di PT PLN ULK Tarakan sedang mengalami surplus saat itu.
General Manager (GM) PT PLN Wilayah Kaltim dan Kaltara (Kaltimra), Rustamaji mengungkapkan, saat ini terdapat beberapa kendala terhadap pasokan gas yang dimiliki PLN. Diakuinya, kapasitas pembangkit memang mencukupi, namun kendalanya masih sama yakni disebabkan pasokan gas yang berkurang.
“Padahal sebenarnya kami sudah berupaya dari jauh-jauh hari, yakni sebelum memasuki bulan Ramadan dengan melakukan tindakan-tindakan pemeliharaan yang diperlukan. Tapi rupanya alam berkata lain, sehingga pasokan gas yang tidak lancar saat itu,” jelas Rustamaji.
Sementara itu, saat ini PLN telah melakukan upaya untuk mengurangi tingkat gangguan. Seperti menambah kapasitas mesin tetapi masih belum diketahui, sejauh mana mesin tersebut dapat memenuhi kebutuhan, karena tidak sepenuhnya akan ditanggung oleh tambahan mesin.
“Karena saat ini kita masih harus berpatokan pada kelancaran pasokan gas. Tetapi itu juga suatu tindakan untuk mengantisipasi gangguan,” tutur Rustamaji.
Dalam penambahan 4 Mega Watt (MW) tersebut cukup signifikan melihat total beban puncak Tarakan sekitar 37 MW. Diharapkan ke depannya dapat memberi kontribusi untuk melayani masyarakat dalam jangka pendeknya.
“Jadi tambahan tersebut cukup berarti lah,” ungkap Rustamaji.
Rencana kedepannya atau jangka menengah, PLN sedang mengupayakan penambahan mesin sebesar 2 x 18 MW berbahan bakar solar. Namun butuh waktu dan proses dalam pelaksanaannya.
“Karena kami tidak bisa langsung mengadakannya sekarang, dan kemudian besok sudah tersedia. Semuanya ada prosesnya, tetapi yang jelas itu sedang kami jalankan. Mudah-mudahan nanti di awal tahun depan sudah dapat terlaksana penambahan itu. Atau mudah-mudahan paling cepat akhir tahun ini sudah bisa terlaksana,” ujar Rustamaji.
Rustamaji mengungkapkan, jika mesin 2 x 18 MW tersebut telah masuk, maka PLN sudah tidak bergantung kepada pasokan gas. Karena mesin tersebut merupakan mesin baru berjenis dual fuel.
“Jadi nantinya bisa pakai gas dan juga bisa pakai diesel,” ungkap Rustamaji.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, jika mesin bertumpu sepenuhnya pada gas, maka dikhawatirkan akan ketergantungan. Sehingga pihaknya berupaya mengambil langkah preventif dan antisipatif.
“Jika pasokan gas lancar, kita akan tetap memakai gas. Tetapi kalau tidak ada, maka kita bakar solar. yang penting kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi,” tuturnya.
Mengingat listrik merupakan sesuatu yang tumbuh dan berkembang, tidak stop atau berhenti kedepannya. “Sehingga PLN menyiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang,” tegas Rustamaji.
Saat ini rencana jangka panjang yang ditempuh oleh PLN yakni sedang membangun sistem interkoneksi khusunya di wilayah Kaltim dan Kaltara dengan proyek tol listrik Kalimantan yang akan ditargetkan pada 2020 mendatang.
“Kami berharap dengan perencanaan yang tertuang di RUPTL 2017-2026 akan sudah terbangun sistem interkoneksi tadi. Sehingga Tarakan sudah tergabung di dalam interkoneksi tersebut,” jelas Rustamaji.
Saat ditanyakan terakait adanya rencana untuk membangun PLTU, menurut Rustamaji, saat ini PLN hanya menjalankan RUPTL yang ada. Dikhawatirkan, sebelum PLTU tersebut dibangun, nantinya interkoneksi yang ada di RUPTL sudah selesai dibangun.
“Jadi itulah yang menjadi pertimbangan kami. Jangan sampai dalam merencanakan pembangunan tersebut malah listrik akan over supply,” ungkapnya.
Menurutnya, over supply tidak dapat dikatakan baik atau tidak, karena tergantung dari sudut mana menilainya. Jika dari sisi konsumen mungkin tidak masalah jika berlebih. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa PLTU tersebut dibangun dari hasil investasi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Dan kita jangan lupa bahwa 70 persen dana yang digunakan untuk membangun PLTU merupakan dana pinjaman. Jadi kalau pembangkitnya tidak kita operasikan karena over supply, nantinya akan menjadi sia-sia. Karena Tarakan sudah tergabung di jaringan Tol Listrik Kalimantan tersebut,” pungkas Sudarmaji.(*/asf/nri)