PROKAL.CO, Tak ada yang menduga Nasir (43) salah seorang korban meninggal dalam musibah speedboat tenggelam bakal pergi untuk selamanya. Sebelumnya, pria yang kerap disapa Bapak Aco ini sempat bercanda bersama rekan-rekannya di warung kopi langganannya.
ASRULLAH, Sebatik
SEBELUM tersebar kabar tenggelamnya speedboat dari Tawau menuju Sebatik yang memuat 15 orang penumpang. Hal itu lebih dulu diketahui rekan-rekan Nasir yang bekerja sebagai pengurus atau mitra bagi Tenaga Keraja Indonesia (TKI) yang akan bekerja di Malaysia.
Pewarta harian ini kemudian menelusuri informasi tersebut. Sekira pukul 10.15 berangkat dari Desa Padaidi menuju Desa Aji Kuning setidaknya membutuhkan waktu 30 menit dengan menggunakan sepeda motor. Tiba di Pos Patok Tiga, Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, pewarta bersama Komandan Pos (Danpos) Letnan Dua (Letda) Sumardi membawa awak harian ini menyaksikan aktivitas di Dermaga Tradisional Aji Kuning. Kemudian, pewarta beristirahat di salah satu warung yang tak jauh dari dermaga.
Entah mulai dari mana, sosok Bapak Aco menjadi topik pembicaraan di warung kopi tersebut. Di mata rekan-rekannya, Bapak Aco orang yang sangat baik, setiap hari pasti membantu rekan-rekannya. Asri, rekan Bapak Aco bercerita, merasa aneh ketika terakhir bertemu dengan korban. Sebelum, bertolak dari Tawau menuju Sebatik ia melihat satu rombongan speedboat yang diisi 15 orang yang terlihat pucat dan ada yang cerah di wajahnya. Setelah itu, ia kemudian melanjutkan perjalanan menuju Nunukan.
“Memang lain-lain kulihat Bapak Aco kayak layu (pucat, Red.) tapi yang lain ada juga terang (bercahaya, Red.),” bebernya menceritakan kali terakhir bertemu Bapak Aco kepada pewarta harian ini.
Setelah tiba di Dermaga Aji Kuning, pria yang kerap disapa Cerri ini mendapatakan informasi kenalan Bapak Aco yang berada di Tawau mempertanyakan speedboat yang rencananya menuju Aji Kuning belum juga tiba di Sebatik. Sedangkan, dari Tawau menuju Sebatik hanya membutuhkan waktu 15 menit, belum lagi mesin yang digunakan 200 PK.
Sekira 20 menit mendapatkan informasi tersebut, ia menyarankan ke rekan-rekannya agar segera melakukan pencarian. Namun, hal itu tidak dilakukan. Sejumlah rekannya mencoba mencari informasi dengan menghubungi rekan yang berada di Tawau. Lantaran, Bapak Aco diduga diamankan aparat keamanan Tawau, Sabah, Malaysia.
Tak hanya mencari informasi melalui rekannya yang berada di Tawau, sebagian rekan juga mencoba mencari informasi melalui orang pintar. Kemudian, berhembus kabar bahwa speedboat yang ditumpangi Bapak Aco, di mana sang motoris bernama Juma diancam menggunakan pisau tepat dileher lalu dibawa ke sebuah pulau.