PROKAL.CO, Berniat pulang kampung untuk mengunjungi neneknya yang sedang sakit di Nganjuk, Jawa Timur (Jatim). M Fikri (6) malah menjadi salah satu dari sembilan korban kecelakaan speedboat Anugran Express, 1 Januari 2018 lalu. Seperti apa keceriaan Fikri semasa hidupnya, berikut liputannya.
IWAN KURNIAWAN
AWAL 2018 akan menjadi hari bersejarah, sekaligus memilukan bagi pasangan suami istri Hardi (36) dan Dewan Hartanti Wulandari (31). Sebab, tepat pukul 08.20 Wita hari itu, anaknya yang bernana M. Fikri menjadi korban terbaliknya speedboat Anugrah Express di perairan Sungai Kayan, Tanjung Selor.
Saat itu, Fikri bersama kedua orang tuanya bermaksud berangkat ke Tarakan menggunakan alat transportasi laut dengan duduk di bagian belakang tepat di depan pintu masuk speedboat tersebut. Namun, saat Fikri sedang asyik ngemil makanan ringan, speedboat yang ditumpanginya itu mengalami masalah karena menghindari potongan kayu yang hanyut. Saat itu pula, speedboat terbalik dan Fikri terpental ke luar.
Hardi mengatakan, sebelum berangkat untuk mengunjungi nenek Fikri yang sedang sakit di kampung halaman, Fikri sempat bercerita dengan dirinya kalau Fikri sangat kangen dengan neneknya.
“Belum lama bertolak dari Dermaga Kayan II Tanjung Selor, tiba-tiba ada suara benturan keras dan anak saya ini terlempar ke luar. Hanya sekian detik speedboat itu langsung terbalik, jadi saya sudah tidak ada kesempatan untuk bertindak. Bahkan berpikir sudah tidak ada,” kenang Hardi.
Sesaat setelah itu, pria yang tinggal di Jalan Manggis, Gang Beringin I, Tanjung Selor ini baru dapat bergerak dan berusaha mencari anaknya. Tapi berkali-kali menyelam, ia sudah tidak dapat menemukannya. Setelah itu, dirinya melanjutkan mencari istrinya yang masih terperangkap dalam speedboat tersebut.
Sempat beberapa kali menyelam, akhirnya dia menemukan istrinya yang sudah batuk-batuk karena air sudah masuk ke mulut. Lalu menariknya keluar dari dalam speedboat yang posisinya sudah dalam keadaan tengkurap di tengah sungai itu.
“Alhamdulillah, waktu itu saya sempat tertangkap tangan istri saya dan menariknya ke luar,” katanya.
Setelah menyelamatkan istrinya, dia masih sempat ingin mencari anaknya lagi. Hanya saja sudah tidak diperbolehkan oleh orang-orang yang datang menolong dengan mengatakan selamatkan diri dulu. “Pastinya saat itu semua sudah pada panik,” katanya.
Selama proses pencarian, dia bersama dengan istrinya masih terus berdoa semoga ada keajaiban Tuhan untuk memberikan perlindungan kepada anaknya. Namun takdir berkata lain, pada hari ketiga pencarian, anaknya akhirnya ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa.
Jenazah anaknya yang terbungkus dalam kantong mayat berwarna hitam diangkat petugas SAR gabungan di Dermaga Kulteka, Tanjung Selor sekira pukul 10.45 Wita. Kemudian dibawa ke RSD dr. H. Soemarno Sosroatdmojo, Tanjung Selor menggunakan mobil ambulans guna keperluan otopsi.
Keluarga yang sudah tiba di rumah sakit tidak langsung masuk ke kamar jenazah karena masih menunggu izin dari tim spesialis Forensik Polda Kaltim yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap jasad korban.
Sebelum dipersilakan masuk, petugas yang membersihkan jenazah meminta orang tua dan keluarga korban untuk bersabar dan banyak-banyak istigfar. Serta jangan berpikiran yang macam-macam. Setelah pemeriksaan selesai, keluarga korban dipersilakan masuk untuk melihat jenazah yang ditemukan di daerah Salang Keto, Tanjung Selor yang jaraknya kurang lebih 15 mil dari tempat kejadian perkara (TKP).
Meskipun mengalami musibah, dengan tegar ayah korban mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada semua pihak terkait yang sudah terlibat dalam pencarian anaknya hingga ditemukan kemarin.
“Kami tidak dapat membalas dengan memberikan apapun kepada semua pihak yang telah membantu, melainkan ucapan terima kasih. Sekali lagi, terima kasih kepada semuanya yang telah membantu,” tuturnya dengan nada sedih.
Setelah selesai diperiksa, jenazah langsung dimandikan di kamar mayat dan langsung disalatkan dan selanjutnya dikebumikan. (***/eza)