PROKAL.CO, NASIB tragis nyaris saja menimpa keluarga Ari Syahari (44), warga RT 18 Kelurahan Kampung Satu/Skip yang menjadi korban kebakaran hebat, Selasa (19/12) dini hari. Kendati sudah dikepung api, Ari berhasil menyelamatkan ketiga anaknya yang masih kecil melalui jendela rumah.
Kebakaran sekira pukul 03.20 Wita itu nyaris merenggut nyawa ketiga putra Ari andai saja dia tak sigap. Ditemui di rumah keluarganya, sekira 500 meter dari lokasi kebakaran, anak-anak Ari masih terlihat shock.
Ari sedang duduk sambil memegang punggungnya. Wajahnya terlihat lelah, pucat dan sesekali meringis kesakitan. Ari baru tiba usai menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan.
Menjajaki satu per satu anak tangga, Ari menyambut hangat Radar Tarakan. Dengan ramah Ari pun akhirnya menceritakan bagaimana ia bersama anak-anaknya bisa selamat dari maut.
Saat kejadian tiga anaknya sedang tertidur pulas. Ari terbangun karena sesak bernapas. Betapa kagetnya, api sudah menyala di bagian atap. Ari lantas membangunkan ketiga anak-anaknya untuk bergegas bangun dan keluar dari rumah. “Nak bangun. Rumah terbakar, cepat!” sergah Ari merangkul anaknya.
Ari memeluk ketiga anaknya, meski saat itu rumahnya dalam kondisi gelap gulita. Satu per satu anaknya ia bawa menuju jendela rumah. Untuk membuka pintu yang terkunci saja sudah tidak ada waktu lagi bagi Ari.
“Saya gendong mereka menuju jendela. Dan di situ apinya sudah kian membesar. Saat saya menyelamatkan anak-anak saya, saya pun tiba-tiba dijatuhi kayu balok hingga mengenai kepala saya,” jelasnya.
Saat itu Ari pun merasakan kesakitan yang tak tertahankan lagi. Namun, ia tetap kuat mencoba mengeluarkan anak-anaknya. “Saya serta anak-anak saya sudah berteriak meminta tolong. Tapi, tak satu pun yang mendengar,” ucapnya.
Dikatakan Ari, rumahnya dengan rumah warga lain terpisah dengan jarak lumayan jauh. “Saya sudah tidak mengurus barang-barang lain, karena yang paling berharga itu cuman anak-anak saya, meski sepeda motor tua sama sepeda anak-anak saya juga habis dibakar api,” katanya.
Saat ditanya penyebab kebakaran tersebut, Ari pun menduga bahwa asal api tersebut berasal dari bantal anaknya yang terkena obat nyamuk. “Saat anak saya tidur di ranjang, bantalnya jatuh dan mengenai obat nyamuk. Saat bantal tersebut diambil lalu bekas api dimatikan dengan air, bantal itu kemudian nggak dipakai lagi. Dan bisa jadi apinya itu masih ada,” jelasnya.
Ari pun kemudian meratapi ketiga anak-anaknya. Ari sangat bersyukur meski keadaan yang sesulit ini menimpa keluarganya. “Istri saya sudah pergi dengan anak saya yang paling kecil. Jadi saya bekerja untuk mencari uang untuk membiayai dan membesarkan anak-anak saya. Meski kehidupan saya penuh dengan kesulitan saya tidak bisa menunjukkan kepada anak-anak saya,” bebernya.
Saat ayahnya sedang bercerita, Ahmad salah satu anak Ari sedang menunduk dengan penuh kesedihan. Ia dan kedua adiknya tak bisa bersekolah karena seragam habis terbakar. Bahkan, sepeda yang ia gunakan untuk pergi bersekolah bersama sang adik Raka (9) juga hangus.
“Nggak bisa sekolah karena baju, tas, sepatu tidak ada. Baju yang mau dipakai pun juga tidak ada,” kata Ahmad sambil menitikan air mata.
Meski sedang menangis, Ahmad tetap melanjutkan ceritanya. Bahwa sepeda kesayangan pemberian ayahnya itu juga sudah menjadi rongsokan. Karena tanpa sepeda tersebut, Ahmad dan Raka harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer menuju sekolahnya.
“Hari ini libur dulu, tadi guru juga sudah datang ke sini. Mudah-mudahan ada bantuan, baju seragam dan sepatu,” pungkasnya.
Melihat warganya mendapat musibah, Ketua RT 18 Agus Yuartono, telah meminta warga lainnya untuk memberikan sumbangan baik berupa barang demi meringankan beban Ari. “Syukur warga ada inisiatif juga meminta sumbangan untuk meringankan beban beliau. Mudah-mudahan bisa ada seperti buku, baju sekolah untuk anak-anaknya,” ucapnya. (eru/lim)