PROKAL.CO, NUNUKAN – Hampir menjadi tradisi jika jelang Idul Fitri masyarakat berbondong-bondong menukarkan uangnya dengan pecahan yang lebih kecil yang nantinya digunakan saat Idul Fitri. Begitu pula yang terjadi di Nunukan setelah Bank Indonesia (BI) membuka dua stan penukaran uang di Alun-alun Nunukan yang dimulai sekira pukul 09.00 Wita, Jumat (16/6).
Bahkan, sesaat stan penukaran uang dibuka langsung diserbu masyarakat dan sempat membuat lalu lintas macet di sekitar Alun-alun. Intan, salah seorang warga Jalan Tanjung, Kelurahan Nunukan Barat saat ditemui di lokasi mengatakan sudah lama menunggu penukaran uang baru dengan pecahan kecil. Dikarenakan, selama ini uang pecahan kecil tersebut bakal dibagikan kepada anak-anak yang bertamu ke rumahnya ketika Idul Fitri.
“Ada Rp 1,5 juta yang disiapkan untuk ditukarkan dengan uang pecahan Rp 2.000 dan Rp 5.000 untuk dibagi-bagi ke anak-anak yang datang ke rumah,” katanya kepada Radar Nunukan,Sabtu (16/6).
Di lokasi yang sama, Pengawas Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan (KPW) BI Kaltara, Jazari Abdul menjelaskan, penukaran uang baru ini merupakan program dari pusat. Dengan menyediakan sebanyak dua miliar dengan pecahan Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000 dan Rp 2.000 untuk masyarakat yang akan menukarkan uangnya.
“Ini merupakan permintaan pusat. Di Pulau Nunukan disediakan sebanyak dua miliar dan penukaran ini tidak hanya dilakukan di Pulau Nunukan saja,” beber Jazari Abdul.
Dijelaskan, penukaran uang hanya dilakukan sehari. Kemudian berlanjut di Pulau Sebatik, Sabtu (17/6) besok. Sedangkan Pulau Sebatik, uang baru yang disediakan sebanyak satu miliar untuk warga yang diketahui masih banyak menggunakan Ringgit Malaysia itu.
“Ada dua tempat Nunukan dan Sebatik. Untuk Sebatik disiapkan satu miliar uang baru untuk disebar ke masyarakat,” tambahnya ketika ditemui di lokasi penukaran uang.
Menurutnya, saat ini masyarakat masih kurang mengenali uang baru yang diluncurkan pada Desember 2016 lalu. Untuk itu, momen penukaran uang yang dilakukan ini dimanfaatkan untuk dikenalkan ke masyarakat. Selain itu, agar uang baru dapat beredar di masyarakt dengan cepat.
“Jumlahnya baru sekitar 60 persen masyarakat yang mengetahui uang baru. Sehingga, kesempatan ini terus disebar agar diketahui masyarakat luas,” harapnya.
Lanjutnya, penukaran uang baru melalui perbankan yang ada masih terbatas. Sehingga, melalui BI langsung melakukan pertukaran dan memperkenalkan uang baru. “Kalau perbankan tergantung apa mereka miliki atau tidak. Jadi, kesempatan untuk mengetahui ciri-ciri uang baru tersampaikan ke warga yang menukar uang,” pungkasnya. (akz/eza)