PROKAL.CO, TARAKAN - Pemadaman listrik selama 8 sampai 9 jam perhari akan kembali dialami warga Tarakan. Durasi info pemadaman ini resmi dirilis Unit Layanan Khusus (ULK) PT PLN Tarakan, kemarin (16/5).
Krisis listrik diprediksi akan terjadi hingga 24 Mei 2017. Dalam sehari warga Tarakan dapat menikmati listrik menyala berkisar 16 jam perharinya.
Humas PT PLN (Persero) Tarakan, Zibra Sari mengatakan, PLN secara resmi telah mengeluarkan info pemadaman untuk mengantisipasi kekurangan suplai gas dan pasokan listrik yang dialami PLN saat ini.
“Info pemadaman tersebut untuk beberapa hari kedepan, mulai 16 Mei hingga 24 Mei 2017,” ujar Zibra, Selasa (16/5).
Sehubungan dengan adanya pemadaman, lanjut Zibra, pihaknya akan mengupayakan agar dampak pemadaman dapat diminimalisir dan segera kembali normal. “Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu karena menyesuaikan dengan kemampuan pembangkit,” jelasnya.
Dengan adanya pemadaman ini, pihak PLN memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pelanggan yang ada di Wilayah Kota Tarakan, atas ketidaknyamanan ini.
“Kami juga mengimbau untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan penerangan alternatif dan selalu melakukan penghematan dalam pemakaian tenaga listrik,” tutupnya.
Wacana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tarakan kembali mencuat. Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan sudah berencana membangun PLTU di Sei Maya, Juata Laut. Pembangunannya dikerjakan langsung oleh PT PLN Unit Induk Proyek (UIP) X Kalimantan bagian Timur.
PLTU digadang menjadi solusi saat suplai gas mengalami penurunan.
Asisten Manager Perencanaan, PT PLN (Persero) ULK Tarakan, Aris Hermawan mengatakan, wacana pembangunan PLTU hal itu bukanlah wewenangnya untuk menjawab progres pembangunan tersebut. Melainkan itu menjadi wewenang dari pihak UIP.
“Kami masih belum terlalu update terkait pembangunan PLTU tersebut,” tuturnya.
Dikatakan Aris, untuk mengatasi krisis listrik di Tarakan, PLN tidak hanya berharap pada pembangunan PLTU saja. Sebab pada 2020 mendatang, akan dibangun Gardu Induk (GI) yang terkoneksi dengan sistem di seluruh Kalimantan.
“Itu yang terupdate dari kami,” ucap Aris.
Akan ada dua GI yang direncanakan untuk dibangun, kedua-duanya berlokasi di Tarakan, yakni GI Juata, dan GI Tarakan. “Jadi ini masih tahap survei dari tim UIP,” kata Aris.
Aris berharap, rencana pembangunan GI di tahun 2020 dapat terlaksana sehingga dapat memberikan kekuatan daya listrik yang lebih besar untuk Kota Tarakan.
“Insya Allah itu akan sangat membantu sekali,” harapnya.
Sementara itu, Pihak PT Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu yang dikonfirmasi membenarkan terjadinya penurunan suplai gas dari Bunyu ke Tarakan akibat dampak dari tak menentunya produksi gas, sehingga gas yang disuplai ke PLN juga berkurang.
"Yang diproduksi sekarang yang bersamaan keluarnya dengan minyak, belum lapisan yang murni gas," ungkap Tri Sasongko, Field Manajer PT Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu saat ditemui Radar Tarakan.
Sejauh ini, kata pria yang akrab disapa Tri, produksi sumur migas di Bunyu setiap hari berubah-ubah dan harus berpindah dari satu sumur ke sumur lainnya. “Ada sekitar 40-an yang aktif. Kalau yang tidak aktif sekitar 180-an," sebut pria berkacamata ini.
Artinya, jumlah sumur yang tidak aktif lebih banyak dari yang aktif. Untuk itu Pertamina berencana mengaktifkan kembali sumur-sumur yang tidak aktif tersebut.
"Iya, ada rencana mengaktifkan sumur. Kita ganti-ganti terus sumurnya. Makanya angkanya nggak sama setiap hari. Setiap hari ganti-gantian dengan sumur yang lain," bebernya.
Menurut Tri, jika sumur aktif produksinya menurun, maka pengeboran akan dialihkan ke sumur lainnya. "Setelah itu kita pindah lagi, nanti di situ (sumur) akan terkumpul lagi. Suatu saat lima sampai sepuluh tahun kembali lagi produksinya. Tapi produksinya tidak seperti semula lagi," tuntasnya.(*/asf/keg/nri)